dirkameiokprina

Masalah Praktis Pendidikan

Masalah praktis pendidikan timbul akibat adanya kondisi dan tuntutandari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan.

  1. A.    Masalah-masalah Pokok Pendidikan di Indonesia

Sistem pendidikan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan social budaya dan masyarakat sebagai suprasistem. Pembangunan sistem, pendidikan tidak mempunyai arti apa-apa. Jika tidak sinkron dengan pembangunan nasional. Kaitan yang erat antara bidang pendidikan sebagai sistem dengan sistem social budaya sebagai suprasikstem tersebut dimana system pendidikan menjadi bagiannya,menciptakankondisi yang sedemikian rupa. Sehingga permasalahan intern system pendidikan itu menjadi sangat kompleks. Artinya, suatu permasalahan intern dalam system pendidikan selalu ada kaitan dengan masalah-masalah diluar system pendidikan itu sendiri. Misalnya masalah mutu hasil belajar suatu sekolah tidak dapat dilepaskan dari kondisi sosial budaya dan ekonomi masyarakat disekitarnya.

Pada dasarnya ada dua masalah pokok yanmg dihadapi oleh dunia pendidikan di tanah air kita dewasa ini yaitu:

–                Bagaimana semua warga negara dapat menikmati kesempatan pendidikan.

–                Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan keterampilan kerja yang mantap untuk dapat terjun ke dalam kancah kehidupan masyarakat.

  1. B.     Jenis-jenis Masalah Pendidikan di Indonesia dan Penanggulangannya

Pada bagian ini ada empat masalah pokok pendidikan yang telah menjadi kesepakatamn nasionalyang perlu dipriorotaskan penanggulannya masalah yang dimaksud yaitu:

  1. Masalah Pemerataan Pendidikan

Dalam melaksanakan fungsinya sebagai wahana untuk memajukan bangsa dan kebudayaan nasional. Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana system pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan ini menjadi wahana bagi pembangunan sumber daya manusia untuk menunjang pembangunan.

Masalah pemerataan ini timbul apabila masih banyak warga negara khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat ditampung di dalam system atau lembaga pendidikan karena kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia. Minat dan kemampuan anak, keperluan tenaga kerja dan keperluan pengembangan masyarakat, kebudayaan, ilmu dan teknolohi.

Penanggulangan masalah pemertaan pendidikan ini cara konvensional antara lain:

Sehubungan dengan itu yang perlu digalakkan. Utamanya untuk pendidikan dasar ialah membangkitkan kemauan belajar bagi masyarakat keluarga yang kurang mampu agar mau menyekolahkan anaknya.

Cara inovatif antara lain:

–          Sistem pamong (pendidikan oleh masyarakat, orang tua dan guru)

–          SD kecil pada daerah terpencil

–          SMP terbuka

  1. Masalah mutu pendidikan

Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum mencapai taraf yang seperti diharapkan. Penetapan mutu hasil pendidikan pertama dilakukan oleh lembaga penghasil sebagai produsen tenaga terhadap calon luaran, dengan system sertifikasi. Selanjutnya jika luaran tersebut terjun ke lapangan kerja. Penilaian dilakukan oleh lembaga pemakai sebagai konsumsin tenaga dengan system tes unjuk kerja.

Jadi mutu pendidikan pada akhirnya dilihat pada keluarannya. Jika tujuan pendidikan nasional dijadikan criteria mislany hasil EBTA dan lain-lain tersebut dipandang sebagai gambaran tentang hasil pendidikan padahal hasil belajar yang bermutu karena mungkin dicapai melalui proses belajar yang bermutu. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang bermutu.

Penanggulangan masalah mutu pendidikan dalam hal-hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia dan manajemen.

–                pengembangan kemampuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut misalnya berupa pelatihan, penataran, seminar

–                Penyempurnaan kurikulum misalnay dengan memberi materi yang lebih esensial.

–                Pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tenteram untuk belajar.

  1. Masalah efisiensi Pendidikan

Masalah efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu system pendidikan mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika penggunaannya hemat dan tepat sasaran dikatakan efisiensinya tinggi. Jika terjadi yang sebaliknya efisiensinya berarti rendah.

Beberapa masalah efisiensi pendidikan yang penting:

–          Bagaimana tenaga kependidikan difungsikan

–          Bagaimana sarana dan prasarana pendidikan di Indonesia digunakan

Seperti halnya perubahan kurikulum sering membawa akibat tidak dipakainya lagi paket siswa dan buku pegangan guru. Kurikulum merupakan tindakan antisipasi terhadap pemberian bekal bagi calon iuran agar sesuai dengan tuntutan zaman.

  1. Masalah relevansi pendidikan

Masalah relevansi pendidikan mencakup sejauh mana system pendidikan dapat menghasilkan iuran yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan, yaitu masalah-masalah seperti yang digambarkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional.

Luaran pendidikan diharapkan dapat mengisi semua sector pembangunan yang beraneka ragam seperti sector produksi maka relevansi pendidikan dianggap tinggi.

Penanggulangan relevansi pendidikan ini antara lain:

–                Dapat nmenyediakan kesempatan pemerataan belajar artinya semua warga negara yang butuh pendidikan dapat ditampung dalam suatu satuan pendidikan.

–                Dapat mencapai hasil yang bermutu artinya: perencanaan, pemrosesan pendidikan dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.

–                Produknya yang bermutu tersebut relevan artinya hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan.

 

  1. C.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan di Indonesia
    1. Perkembangan Iptek dan Seni
      1. Perkembangan Iptek

Hubungan antara pendidikan dan iptek itu misalnya suatu teknologi baru yang digunakan dalam suatu proses produksi menimbulkan kondisi ekonomi sosial baru lantaran perubahan persyaratan kerja, dan juga penguraian jumlah tenaga kerja atau jam kerja, kebutuhan bahan-bahan baru. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi perubahan isi pendidikan dan metodenya.

  1. Perkembangan seni

Dilihat dari segi tujuan pendidikan yaitu terbentuknya manusia seutuhnya aktifitas kesenian mempunyai andil yang besar karena dapat mengisi pengembangan dominant efektif khususnya emosi yang posiutif dan konstruktif serta keterampilan disamping dominant kognitif yang sudah digarap melalui program/bidang studi yang lain.

  1. Laju Pertumbuhan Penduduk

Masalah kependudkkan dan kependidikan diantaranya pertumbuhan penduduk dengan bertambahnya penduduk sarana dan prasarana pendidikan beserta komponen penunjang terselenggaranya pendidikan harus bertambah, serta penyebaran penduduk seperti digambarkan menimbulkan kesulitran dalam penyediaan sarana pendidikan.

  1. Aspirasi Masyarakat

Aspirasi masyarakat dalam banyak hal yang meningkat,khususnya dalam aspirasi terhadap pendidikan, hidup yang sehat aspirasi terhadap pekerjaan kesemuanya ini mempengaruhi peningkatan aspirasi terhadap pendidikan dan pendidikan memberikan jaminan untuk memperoleh pekerjaanb yang layak dan menetap itu.

  1. Keterbelakangan Budaya dan Sarana Kehidupan

Keterbelakangan budaya adalah salah satu istilah yang diberikan oleh sekelompok masyartakat (yang menganggap dirinya sudah maju) bagi masyarakat pendukung budaya, kebudayaannya pasti dipandang sebagai sesuatu yang bernilai baik.

Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas mengenai masalah-masalah pendidikan di Indonesua, maka kami dapat menyimpulkan sebagai berikut:

  1. Misi Pendidikan ialah menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan, karena itu pendidikan selalu menghadapi masalah. Pada dasarnya ada dua masalah pokok pendidikan di Indonesia

–          Bagaimana semua warga dapat menikmati kesempatan pendidikan

–          Bagaimana pendidikan dapat membekali dengan keterampilan kerja yang mantap untuk dapat terjun ke dalam kancah kehidupan masyarakat.

Jenis-jenis Masalah Pendidikan di Indonesia

–    Masalah pemerataan pendidikan

–    Masalah mutu pendidikan

–    Masalah efisiensi pendidikan

–    Masalah relevansi pendidikan

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pendidikan di Indonesia

–    Perkembangan Iptek dan Seni

–    Perkembangan penduduk

–    Aspirasi masyarakat

–    Keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan

Masalah Teoritis Pendidikan

Permasalahan teoritis dalam pendidikan timbul akibat perbedaan ilmu-ilmu pendukung yang digunakan dan perbedaan konsep dalam ilmu pendukung tersebut. Sebagian pemikir pendidikan hanya memasukkan filsafat, psikologi, dan sosiologi dalam menyusun konsep dan merancang pelaksanaan pendidikan. Sedangkan pemikir yang lain menggunakan acuan yang lain misalnya politik, ekonomi, IPTEKS, dsb. Ilmu pendukung diluar pendidikan digunakan dengan banyak pola berdasarkan berbagai sudut pandang yang ada dalm ilmu-ilmu tersebut. Tirtaraharja (2010:169) mengklasifikasikan masalah pendidikan menjadi tiga kelompok, yaitu:

  1. masalah operasional, masalah yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan, misalnya kesalahan pengajaran, pemilihan metode mengajar,dan penggunaan media.
  2. masalah struktural, terkait dengan manajemen sistem pendidikan yang digunakan misalnya koordinasi dan kebijakan.
  3. masalah fundamental, terkait dengan hal yang mendasar misalnya, masalah teoritis dan filosofis.

sumber rujukan:

Sugiono, dkk. 2010. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: Bintang

selengkapnya update berita pendidikan

webite: edukasi.kompas.com/

follow twitter: @KompasEdu atau klik  https://twitter.com/KompasEdu

 

Supervisi

BAB I

PENDAHULUAN                  

1.1.Latar Belakang

Pengawasan atau yang biasa disebut supervisi merupakan salah satu unsur penting dalam dunia pendidikan. Supervisi dapat membantu dalam mewujudkan tujuan pendidikan dan menyempurnakan penyelenggaraan pendidikan, oleh karena itu supervisi perlu dilakukan dengan cara yang baik dan benar, sebab pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, karena dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Supervisi juga berupaya untuk menjadikan guru-guru yang professional dalam mengajar, karena guru merupakan ujung tombak dari keberhasilan pendidikan. Pendidikan itu dikatakan berhasil apabila dapat mencapai tujuan-tujuannya. Salah satu realita yang terjadi saat ini adalah kekeliruan paradigma guru tentang adanya supervisi. Masih ada guru-guru yang takut bila disupervisi. Padahal supervisor tidak bertindak sebagai pihak yang  hanya mencari kesalahan-kesalahan guru dalam melaksanakan tugasnya, melainkan supervisor berperan untuk memberikan layanan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh guru.

Agar program pendidikan dapat berjalan efektif, maka diperlukan pengawasan dalam pelaksanaanya. Oleh karena itu supervisi harus tanggap terhadap segala sesuatu yang sedang terjadi di sekolah, terutama mengenai masalah-masalah yang dialami guru-guru maupun karyawan. Menyadari hal itu diperlukan pembahasan tentang supervisi pendidikan yang lebih mendetail agar para pelaku pendidikan dapat memahami akan pentingnya supervisi pendidikan itu.

Berdasarkan hal tersebut diatas penyusun merasa tertarik untuk memilih tema supervisi pendidikan di sekolah dalam makalah ini.

 

1.2.Rumusan Masalah

1.2.1. Identifikasi Masalah

Supervisi dianggap sebagai suatu hal yang menakutkan bagi para guru, sebab pandangan guru mengenai supervisi yaitu hanya mencari kesalahan-kesalahan guru dalam melaksanakan tugasnya. Padahal hakekat supervisi adalah melakukan pembinaan terhadap guru menyangkut perbaikan proses belajar mengajar dan tujuan supervisi pendidikan adalah membantu sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Bahkan supervisi berperan untuk membantu dalam mengatasi segala masalah yang dihadapi oleh para guru. Semua aspek dalam pembelajaran menjadi sasaran supervisi.

1.2.2. Pertanyaan Masalah

  1. Bagaimanakah upaya supervisi dalam meningkatkan proses belajar mengajar yang lebih kondusif?
  2. Teknik supervisi apa yang paling efektif untuk diterapkan dalam pelaksanaan di sekolah?
  3. Apakah respon dan sikap guru-guru terhadap supervisi?
  4. Apakah kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan supervisi?

1.3. Tujuan Penulisan Makalah

  1. Tujuan Umum

Untuk memperdalam pemahaman tentang seluk beluk dari supervisi pendidikan di sekolah.

  1. Tujuan Khusus
    1. Untuk mengidentifikasi peran supervisi dalam meningkatkan proses belajar mengajar yang lebih kondusif.
    2. Untuk mengidentifikasi pengertian supervisi pendidikan, prinsip-prinsip supervisi pendidikan, tujuan supervisi pendidikan, fungsi supervisi pendidikan, tipe supervisi pendidikan, proses supervisi pendidikan, teknik supervisi pendidikan, metode supervisi pendidikan, dan jenis supervisi pendidikan.
    3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan supervisi pendidikan

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1  Pengertian

Supervisi adalah usaha mencapai hasil yang diinginkan dengan cara mendayagunakan bakat/kemampuan alami manusia dan sumber-sumber yang memfasilitasi, yang ditekankan pada pemberian tantangan dan perhatian yang sebesar-besarnya terhadap bakat/kemampuan alami manusia. (George R. Terry )

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara ( UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 )

Supervisi Pendidikan adalah proses memberi bantuan kepada sekolah agar mampu menciptakan situasi dan kondisi yang lebih kondusif, sehingga sekolah mampu mewujudkannya ke arah tercapainya tujuan pendidikan

2.2  Prinsip-prinsip supervisi

  1. Prinsip ilmiah

1)      Sistematis

Pelaksanaannya secara teratur, terprogram dan berkelanjutan.

2)      Objektif

Berdasarkan data konkrit yang dapat dipertangggungjawabkan, yang dapat diperoleh dari observasi atau penelitian.

3)      Instrument

Menggunakan alat yang dapat memberikan informasi yang akurat, dapat dianalisis, dan dapat mengukur ataupun menilai terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar.

  1. Prinsip demokratis

Supervisor memberikan kesempatan pada orang yang disupervisi untuk mengemukakan pendapatnya. Menjunjung tinggi asas musyawarah, memiliki jiwa kekeluargaan yang kuat serta sanggup menerima pendapat orang lain.

  1. Prinsip kooperatif

Supervisor selalu mengutamakan kerjasama  dengan bawahannya demi kemajuan dan pengembangan pendidikan dalam rangka menciptakan ituasi belajar mengajar yang kondusif.

  1. Prinsip konstruktif dan kreatif

Supervisor senantiasa berusaha membangkitkan  semangat membangun, mengembangkan potensi bawahannya demi peningkatan prestasi dan produktivitas kerja. Kritik yang bersifat membangun adalah ciri dari proses supervisi. Supervisor juga memperhatikan pada inisiatif, daya cipta, penelitian, dan hasil-hasil penemuan bawahannya dengan memberikan penghargaan, piagam atau predikat-predikat keteladanan.

2.3  Tujuan supervisi pendidikan

Tujuan umum supervisi harus sama dengan tujuan pendidikan nasional sesuai dengan Keputusan MPR yang tertera dalam GBHN, melalui perbaikan serta peningkatan kegiatan belajar mengajar.

Tujuan khusus supervisi, sebagai berikut:

  1. Membina para guru agar lebih memahami tujuan umum pendidikan, sehinggga satiap guru dapat mengajar dan mencapai prestasi maksimal bagi siswa-siswanya.
  2. Membina para guru mengatasi masalah-masalah siswa untuk kemajuan prestasi belajarnya.
  3. Membina para guru mempersiapkan siswanya untuk menjadi anggota masyarakat yang produktif, kreatif, etis serta religious.
  4. Membina para guru meningkatkan kemampuan mengevaluasi, mendiagnosa kesulitan belajar, dan lain-lain.
  5. Membina para guru memperbesar kesadaran tentang tata kerja yang demokratis, kooperatif, serta kegotongroyongan.
  6. Memperbesar ambisi para guru dan karyawan dalam meningkatkan mutu profesinya.
  7. Membina para guru dan karyawan meningkatkan popularitas sekolahnya.
  8. Memberikan perlindungan untuk para guru dan karyawan pendidikan terhadap tuntutan serta kritik-kritik tak wajar dari masyarakat.
  9. Mengembangkan sikap kesetiakawanan dan ketemansejawatan dari seluruh tenaga kependidikan.

 

2.4  Fungsi supervisi pendidikan

  1. Fungsi Utama

Membantu sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan, khususnya perkembangan individu para siswa.

  1. Fungsi Tambahan

Membantu sekolah membina guru-guru agar dapat bekerja dengan baik dan berontrak dengan masyarakat dalam rangka penyesuaian diri dan penggalakan kemajuan masyarakat.

Dengan lebih terjabar, Sahertian & Mataheru (1981) mengemukakan tujuan operasional supervisi pendidikan:

  • Membantu guru-guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan
  • Membantu guru-guru dalam membimbing pengalaman belajar murid-murid
  • Membantu guru-guru dalam menggunakan sumber-sumber pengalaman belajar
  • Membantu guru-guru dalam menggunkan metode-metode dan alat-alat pelajaran modern
  • Membantu guru-guru dalam memenuhi kebutuhan belajar murid-murid
  • Membantu guru-guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru-guru dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka
  • Membantu guru-guru baru di sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yag diperolehnya
  • Membantu guru-guru agar lebih mudah mengadakan penyesuaian terhadap masyarakat dan cara-cara menggunakan sumber-sumber masyarakat dan seterusnya.
  • Membantu guru-guru agar waktu dan tenaga guru tercurahkan sepenuhnya dalam pembinaan sekolah.

Sedangkan fungsi supervisi pendidikan, menurut analisis Swearingen (yang dikutip Sahertian & Mataheru,1981:26) yaitu:

  • Mengoordinasi semua usaha sekolah
  • Memperlengkapi kepemimpinan sekolah
  • Memperluas pengalaman guru-guru
  • Member stimulus untuk usaha-usaha yang kreatif
  • Memberikan fasilitas dan penilaian yang terus menerus
  • Menganalisis situasi belajar dan mengajar
  • Memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada setiap anggota staf
  • Mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan mengajar guru

2.5  Tipe-tipe Supervisi

  1. Tipe Inspeksi

Tipe seperti ini biasanya terjadi dalam administrasi dan model kepemimpinan yang otokratis, mengutamakan pada upaya mencari kesalahan orang lain, bertindak sebagai “Inspektur” yang bertugas mengawasi pekerjaan guru. Supervisi ini dijalankan terutama untuk mengawasi, meneliti dan mencermati apakah guru dan petugas di sekolah sudah melaksanakan seluruh tugas yang diperintahkan serta ditentukan oleh atasannya.

  1. Tipe Laisses Faire
    Tipe ini kebalikan dari tipe sebelumnya. Kalau dalam supervisi inspeksi bawahan diawasi secara ketat dan harus menurut perintah atasan, pada supervisi Laisses Faire para pegawai dibiarkan saja bekerja sekehendaknya tanpa diberi petunjuk yang benar. Misalnya: guru boleh mengajar sebagaimana yang mereka inginkan baik pengembangan materi, pemilihan metode ataupun alat pelajaran.
  2. Tipe Coersive
    Tipe ini tidak jauh berbeda dengan tipe inspeksi. Sifatnya memaksakan kehendaknya. Apa yang diperkirakannya sebagai sesuatu yang baik, meskipun tidak cocok dengan kondisi atau kemampuan pihak yang disupervisi tetap saja dipaksakan berlakunya. Guru sama sekali tidak diberi kesempatan untuk bertanya mengapa harus demikian. Supervisi ini mungkin masih bisa diterapkan secara tepat untuk hal-hal yang bersifat awal. Contoh supervisi yang dilakukan kepada guru yang baru mulai mengajar. Dalam keadaan demikian, apabila supervisor tidak bertindak tegas, yang disupervisi mungkin menjadi ragu-ragu dan bahkan kehilangan arah yang pasti.
  3. Tipe Training dan Guidance
    Tipe ini diartikan sebagai memberikan latihan dan bimbingan. Hal yang positif dari supervisi ini yaitu guru dan staf tata usaha selalu mendapatkan latihan dan bimbingan dari kepala sekolah. Sedangkan dari sisi negatifnya kurang adanya kepercayaan pada guru dan karyawan bahwa mereka mampu mengembangkan diri tanpa selalu diawasi, dilatih dan dibimbing oleh atasannya.
  4. Tipe Demokratis
    Selain kepemimpinan yang bersifat demokratis, tipe ini juga memerlukan kondisi dan situasi yang khusus. Tanggung jawab bukan hanya seorang pemimpin saja yang memegangnya, tetapi didistribusikan atau didelegasikan kepada para anggota atau warga sekolah sesuai dengan kemampuan dan keahlian masing-masing.

2.6  Jenis supervisi pendidikan

No

Jenis Supervisi Pendidikan

Supervisi Umum

Supervisi Klinis

1 Ide datang dari supervisor Ide datang dari guru yang bersangkutan (guru mengemukakan keluhan kepada supervisor untuk memperoleh solusi)
2 Sasarannya segala aspek Sasarannya hanya khusus mengenai kemampuan guru dalam proses belajar mengajar
3 Memperbaiki semua aspek pendidikan di sekolah Memperbaiki kinerja guru dalam meningkatkan proses belajar mengajar yang kondusif

 

 

2.7  Teknik-teknik supervisi pendidikan

Ada berbagai teknik supervisi pendidikan yang dapat diterapkan pada berbagai kesempatan dan kondisi yang berbeda. Secara umum teknik-teknik itu dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu teknik yang bersifat individual dan teknik yang bersifat kelompok. Teknik yang bersifat individual atau perseorangan adalah teknik yang diperuntukkan bagi guru seorang diri. Sedangkan yang bersifat kelompok adalah teknik yang digunakan bagi sekelompok guru secara bersama-sama.

Berikut ini akan diuraikan secara singkat beberapa teknik supervisi ( yang dapat pula disebut teknik-teknik “in-service training”:

  1. Ceramah

Metode ceramah adalah salah satu metode in-service training dimana penceramah yang paling giat menyampaikan pengetahuan dan ulasan, sedangkan pendengar hanya mendengarkan dan membuat catatan. Pada masa lampau metode ini didewa-dewakan, tetapi kini dalam dunia persekolahan telah dibatasi. Metode ceramah akan menjadi efektif apabilamemperhatikan prinsip-prinsip berikut:

1)      Garis besar penceramah hendaknya sudah berada di tangan pendengar dua atau tiga hari sebelum ceramah diadakan. Hal ini mempermudah pendengar mengikuti dan menangkap isinya.

2)      Ruangan dan perlengkapan lainnya hendaknya sudah dipersiapkan sebelum ceramah dimulai.

3)      Ceramah hendaknya diselenggarakan di tempat yang tenang dan menyenangkan.

4)      Penceramah hendaknya menyampaikan ceramahnya dengan cara atau gaya menarik.

5)      Setelah ceramah usai, hendaknya para pendengar diberi kesempatan mengajukan pertanyaan, tanggapan, atau saran-saran yang berguna.

6)      Setelah ceramah, kepada para pendengar dibagikan lembar evaluasi untuk mengetahui reaksi dari pihak pendengar. Dat dari lembar ini dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan atau umpan balik untuk perencanaan dan pelaksanaan ceramah yang akan datang.

  1. Metode kunjungan

Yang dimaksud metode kunjungan ialah perjalanan sekolah atau school journey, dimana para guru mengunjungi objek pendidikan dengan maksud mempelajarinya, seperti studi banding.

  1. Kunjungan kelas

Kunjungan kelas adalah suatu metode yang dilakukan oleh orang yang berfungsi sebagai supervisor kedalam kelas ketika guru sedang mengajar ( dan murid sedang belajar).

Kunjungan kelas dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1)      Kunjungan tanpa pemberitahuan

Kunjungan tanpa pemberitahuan dapat menemukan fakta-fakta riil dan otentik, tetapi hasilnya belum tentu mutlak karena ketidaksiapan psikologis dari guru maupun siswa dengan adanya supervisor. Jadi belum tentu mendapatkan bukti otentik.

2)      Kunjungan dengan pemberitahuan

Kunjungan dengan diberitahukan terlebih dahulu  bertujuan untuk melihat kemampuan yang maksimal dari seorang guru karena yang dilakukan pada kegiatan dalam kelas merupakan manipulasi guru. Sehinggga supervisor hanya memberikan penguatan terhadap sesuatu yang kurang memenuhi syarat.

3)      Kunjungan atas undangan guru

Kunjungan atas permintaan dari guru bertujuan untuk mengobservasi guru dalam mengajar atas permintaan dari guru tersebut.

  1. Pengajaran contoh

Pengajaran contoh dapat dilakukan oleh supervisor atau orang yang dianggap mampu mendemonstrasikan hal tertentu. Demonstrasi mengajar ini dilaksanakan di dalam kelas sungguhan sedangkan para guru turut hadir di belakang dan mengamatinya.

  1. Pemutaran film

Pemutaran film dapat pula digunakan sebagai metode untuk membantu para guru bertumbuh dalam jabatannya. Misalnya film tentang system modul. Dengan menonton film ini, guru memperoleh tambahan pengetahuan tentang cara mengajar dengan system modul. Pada prinsipnya pemutaran film sama dengan demonstrasi mengajar karena film yang diperlihatkan adalah hasil rekamn visual dari demonstrasi mengajar. Perbedaan dari kedua metode ini ialah yang satu diperagakan langsung (demonstrasi mengajar), sedangkan pemutaran film bersifat tidak langsung yaitu melalui gambar.

  1. Perpustakaan

Perpustakaan sering diibaratkan sebagai gudang ilmu pengetahuan karena terdapat berbagai ragam buku pengetahuan. Apabila perpustakaan digunakan sebagaimana mestinya, maka akan berpengaruh terhadap mutu pendidikan di sekolah. Untuk itu perpustakaan perlu dilengkapi dengan berbagai buku dan berkala mutakhir.

  1. Mengikuti kursus

Kursus umumnya bertujuan membekali para peserta dengan ketrampilan tertentu yang berguna bagi pengembangan karir lebih lanjut. Guru-guru dapat mengikuti kursus tertentu yang menunjang pengajarannya atau pengelolaan pendiidkan di sekolahnya.

  1. Lokakarya

Lokakarya  dapat diartikan dengan berbagai cara mulai dari bengkel sampai tempat untuk menggodok suatu gagasan atau konsep.dengan lokakarya, guru diberi kesempatan melatih atau menempa dirinya untuk lebih mumpuni sebagai pengajar dan pendidik di sekolah.

2.8  Metode-metode  supervisi pendidikan

  1. a.      Supervisi Manajerial

1. Monitoring dan Evaluasi

Metode utama yang mesti dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan

dalam supervisi manajerial tentu saja adalah monitoring dan evaluasi.

a. Monitoring/Pengawasan

Monitoring adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah, apakah

sudah sesuai dengan rencana, program, atau standar yang telah

ditetapkan, serta menemukan hambatan-hambatan yang harus diatasi

dalam pelaksanaan program (Rochiat, 2008: 115). Monitoring lebih

berpusat pada pengontrolan selama program berjalan dan lebih bersifat

klinis. Melalui monitoring, dapat diperoleh umpan balik bagi sekolah atau pihak lain yang terkait untuk menyukseskan ketercapaian tujuan. Aspek-aspek yang dicermati dalam monitoring adalah hal-hal yang dikembangan dan dijalankan dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS). Dalam melakukan monitoring ini tentunya pengawas harus melengkapi diri dengan perangkat atau daftar isian yang memuat seluruh indikator sekolah yang harus diamati dan dinilai.

Secara tradisional pelaksanaan pengawasan melibatkan tahapan:

(a)    menetapkan standar untuk mengukur prestasi

(b)   mengukur prestasi

(c)    menganalisis apakah prestasi memenuhi standar

(d)   mengambil 19 tindakan apabila prestasi kurang/tidak memenuhi standar (Nanang Fattah,1996: 102).

Dalam perkembangan terakhir, kecenderungan pengawasan dalam dunia pendidikan juga mengikuti apa yang dilakukan pada industri, yaitu dengan menerapakan Total Quality Controll. Pengawasan ini tentu saja terfokus pada pengendalian mutu dan lebih bersifat internal. Oleh karena itu pada akhir-akhir ini setiap lembaga pendidikan umumnya memiliki unit penjaminan mutu.

b. Evaluasi

Kegiatan evaluasi ditujukan untuk mengetahui sejauhmana kesuksesan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah atau sejauhmana keberhasilan

yang telah dicapai dalam kurun waktu tertentu.

Tujuan evaluasi utamanya adalah:

(a) mengetahui tingkat keterlaksanaan program

(b) mengetahui keberhasilan program

(c) mendapatkan bahan/masukan dalam perencanaan tahun berikutnya

(d) memberikan penilaian (judgement) terhadap sekolah.

2. Refleksi dan Focused Group Discussion

Sesuai dengan paradigma baru manajemen sekolah yaitu pemberdayaan dan partisipasi, maka judgement keberhasilan atau kegagalan sebuah sekolah dalam melaksanakan program atau mencapai standar bukan hanya menjadi otoritas pengawas. Hasil monitoring yang dilakukan pengawas hendaknya disampaikan secara terbuka kepada pihak sekolah, terutama kepala sekolah, wakil kepala  sekolah, komite sekolah dan guru. Secara bersama-sama pihak sekolah dapat melakukan refleksi terhadap data yang ada, dan menemukan sendiri faktor-faktor penghambat serta pendukung yang selama ini mereka rasakan. Forum untuk ini dapat berbentuk Focused Group Discussion (FGD), yang melibatkan unsur-unsur stakeholder sekolah. Diskusi kelompok terfokus ini dapat dilakukan dalam beberapa putaran sesuai dengan kebutuhan.Tujuan dari FGD adalah untuk menyatukan pandangan stakeholder mengenai realitas kondisi (kekuatan dan kelemahan) sekolah, serta menentukan langkah-langkah strategis maupun operasional yang akan diambil untuk memajukan 20 sekolah. Peran pengawas dalam hal ini adalah sebagai fasilitator sekaligus

menjadi narasumber apabila diperlukan, untuk memberikan masukan

berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya.

3. Metode Delphi

Metode Delphi dapat digunakan oleh pengawas dalam membantu pihak sekolah merumuskan visi, misi dan tujuannya. Sesuai dengan konsep MBS, dalam merumuskan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) sebuah sekolah harus memiliki rumusan visi, misi dan tujuan yang jelas dan realistis yang digali dari kondisi sekolah, peserta didik, potensi daerah, serta pandangan seluruh stakeholder. Sejauh ini kebanyakan sekolah merumuskan visi dan misi dalam susunan kalimat “yang bagus”, tanpa dilandasi oleh filosofi dan pendalaman terhadap potensi yang ada. Akibatnya visi dan misi tersebut tidak realistis, dan tidak memberikan inspirasi kepada warga sekolah untuk mencapainya.

Metode Delphi merupakan cara yang efisien untuk melibatkan banyak stakeholder sekolah tanpa memandang faktor-faktor status yang

sering menjadi kendala dalam sebuah diskusi atau musyawarah.

Misalnya sekolah mengadakan pertemuan bersama antara sekolah, dinas pendidikan, tokoh masyarakat, orang murid dan guru, maka biasanya pembicaraan hanya didominasi oleh orang-orang tertentu yang percaya diri untuk berbicara dalam forum. Selebihnya peserta hanya akan menjadi pendengar yang pasif.

Metode Delphi dapat disampaikan oleh pengawas kepada kepala

sekolah ketika hendak mengambil keputusan yang melibatkan banyak

pihak. Langkah-langkahnya menurut Gorton (1976: 26-27) adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi individu atau pihak-pihak yang dianggap memahami

persoalan dan hendak dimintai pendapatnya mengenai pengembangan

sekolah;

b. Masing-masing pihak diminta mengajukan pendapatnya secara tertulis tanpa disertai nama/identitas;

c. Mengumpulkan pendapat yang masuk, dan membuat daftar urutannya sesuai dengan jumlah orang yang berpendapat sama.

d. Menyampaikan kembali daftar rumusan pendapat dari berbagai pihak tersebut untuk diberikan urutan prioritasnya.

e. Mengumpulkan kembali urutan prioritas menurut peserta, dan

menyampaikan hasil akhir prioritas keputusan dari seluruh peserta yang dimintai pendapatnya.

4. Workshop

Workshop atau lokakarya merupakan salah satu metode yang dapat ditempuh pengawas dalam melakukan supervisi manajerial. Metode ini tentunya bersifat kelompok dan dapat melibatkan beberapa kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan/atau perwakilan komite sekolah. Penyelenggaraan workshop ini tentu disesuaikan dengan tujuan atau urgensinya, dan dapat diselenggarakan bersama dengan Kelompok Kerja Kepala Sekolah atau organisasi sejenis lainnya. Sebagai contoh, pengawas dapat mengambil inisiatif untuk mengadakan workshop tentang pengembangan KTSP, system administrasi, peran serta masyarakat, sistem penilaian dan sebagainya.

2.9  Pelaksanaan supervisi pendidikan di sekolah

Seorang supervisor yang datang ke sekolah untuk melakukan supervisi dapat memilih/memulai dengan menyupervisi sesuatu atau beberapa aspek yang dapat dipilihnya sebagai salah satu bidang garapan atau sub bidang garapan.

Kegiatan supervisor berturut-turut dapat dilukiskan sebagai berikut:

  1. Menyupervisi rencana kerja (program)
  2. Menyupervisi pelaksanaan
  3. Menyupervisi hasil pelaksanaan
  4. Dari pelaksanaan supervisi a, b, dan c maka supervisor dapat memberikan evaluasi terhadap seluruh kegiatan tersebut.

BAB III

PEMBAHASAN MASALAH

3.1         Upaya supervisi dalam meningkatkan proses belajar mengajar yang lebih kondusif.

Tindakan dan upaya supervisi dalam meningkatkan proses belajar mengajar yang lebih kondusif yaitu supervisor harus bisa memberi bantuan layanan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh guru. Oleh sebab itu, supervisor harus benar-benar paham mengenai tujuan, fungsi, prinsip-prinsip, metode, serta teknik supervisi agar memperoleh manfaat yang optimal berupa guru yang professional. Karena guru memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar dan guru juga berhubungan secara langsung dengan peserta didik.

Supervisi yang baik hendaknya mengembangkan kepemimpinan di dalam kelompok, membangun program latihan dalam jabatan untuk meningkatkan keterampilan guru, dan membantu guru meningkatkan kemampuannya dalam menilai hasil pekerjaannya.

3.2         Teknik supervisi yang paling efektif untuk diterapkan dalam pelaksanaan di sekolah.

Teknik-teknik supervisi, yaitu:

  1. Ceramah
  2. Metode kunjungan
  3. Metode kunjungan kelas
  4. Pengajaran contoh
  5. Pemutaran film
  6. Perpustakaan
  7. Mengikuti kursus
  8. Lokakarya

Diantara seluruh teknik-teknik supervisi diatas, teknik yang paling efektif untuk diterapakan dalam pelaksanaan di sekolah yaitu teknik yang sesuai dengan kebutuhan atau karakteristik sekolah tersebut. Jadi penggunaan teknik yang disesuaikan dengan kondisi sekolah merupakan teknik yang paling tepat.

3.3         Respon dan sikap guru-guru terhadap supervisi.

Respon dan sikap guru-guru terhadap supervisi:

  1. Para guru menghendaki supervisi dari kepala sekolah, sebagaimana yang seharusnya dikerjakan oleh tenaga personel yang berjabatan supervisor.
  2. Kepala sekolah tidak melakukan supervisi dengan baik
  3. Para guru lebih menghargai dan menilai secara positif perilaku supervisi yang “hangat”, saling mempercayai, bersahabat, dan menghargai guru,
  4. Supervisi dianggap bermanfaat bila direncanakan dengan baik, supervisor menunjukkan sifat membantu dan menyediakan model-model pengajaran yang efektif
  5. Supervisor memberikan peran serta yang cukup tinggi kepada guru untuk pengambilan keputusan dalam wawancara supervisi
  6. Supervisor mengutamakan pengembangan keterampilan hubungan insani, seperti halnya dengan keterampilan teknis
  7. Supervisor seharusnya menciptakan iklim organisasional yang terbuka, yang memungkinkan pemantapan hubungan yang saling menunjang (supportive).
  8. Sikap dan respon guru tidak terlalu positif terhadap supervisi yang dilakukan supervisor

3.4         Kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan supervisi.

Kendala-kendala yang kurang menunjang keefektifan supervisi, antara lain:

  1. Sikap personil sekolah yang kurang positif terhadap supervisi pengelola teknis edukatif.
  2. Kurangnya keterampilan supervisi kepala sekolah.
  3. Pengendalian emosional supervisor dalam menerima respons guru.
  4. Kepala sekolah yang berperan juga sebagai supervisi karena kurangnya tenaga guru harus memegang kelas atau bidang studi tertentu, sehingga kurang fokus terhadap perannya sebagai supervisor.
  5. Supervisor tidak mengkomunikasikan rencana atau program supervisinya kepada para guru sebagai subyek supervisi.
  6. Fokus supervisi hanya terarah pada aspek administrasi, kurang menyentuh pada pengembangan kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar.
  7. Supervisor tidak melaksanakan kunjungan kelas secara serius.
  8. Supervisor mendominasi pembicaraan dan berjalan satu arah.
  9. Tidak ada penilaian umpan balik.
  10. Supervisor tidak pernah meminta pada guru untuk meminta pada guru untuk memberikan komentar maupun penilaian terhadap supervisi yang telah dilaksanakan.

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1  Simpulan

Supervisi pendidikan adalah suatu kegiatan yang digunakan dalam pendidikan untuk menyempurnakan penyelenggaraan pendidikan dalam sasaran segala aspek, guna tercapainya tujuan pendidikan.Hakekat dari supervisi itu adalah pembinaan. Tujuan supervisi adalah mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih kondusif melalui pembinaan dan peningkatan profesionalisme. Sasaran utama supervisi pendidikan adalah meningkatkan professional guru dan karyawan sekolah guna menunjang akuntabilitas siswa dalam belajar, sehingga siswa benar-benar menjadi manusia yang berilmu, berbudi dan kreatif dalam segala hal sesuai dengan amanah UUD 45.

Supervisor harus benar-benar paham mengenai tujuan, fungsi, prinsip-prinsip, metode, serta teknik supervisi agar memperoleh manfaat yang optimal berupa guru yang professional. Berbagai kendala yang terjadi dalam supervisi, sebagian besar disebabkan oleh kurangnya komunikasi antara guru dan supervisor, sehingga  respon guru terhadap adanya supervisi kurang maksimal dan cenderung dianggap sebagai suatu hal yang menegangkan pada saat di supervisi.

Supervisi yang baik akan menghasilkan pola kinerja yang baik, jika supervise dilakukan dengan cara dan metode yang benar pula, tentu ini menuntut pengetahuan yang benar pula bagi para supervisi dalam melaksanakan tugasnya.

4.2  Saran

Dari hasil kesimpulan diatas, penyusun dapat memberikan saran sebagai berikut:

  1. Pelaksanaan supervisi sebaiknya profesional dan supervisor menjalin komunikasi yang baik dengan pihak yang disupervisi agar tercipta hubungan kerjasama yang saling menunjang satu sama lain.
  2. Supervisor sebaiknya tidak hanya mencari kesalahan-kesalahan guru, melainkan dapat membina dan membantu mengatasi masalah guru agar paradigma guru yang menganggap supervisi sebagai suatu hal yang ditakuti oleh para guru dapat diubah.


 

DAFTAR PUSTAKA

Gunawan,Ary H.2002.Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Mikro).Jakarta:PT Rineka Cipta

Kaluge,Laurens.2003.Sendi-Sendi Manajemen Pendidikan.Surabaya:UNESA University Press

http://imronfauzi.wordpress.com/2008/06/13/dasar-dasar-administrasi-pendidikan/

http://maswanispdyahoocoid.blogspot.com/2007/05/pentingnya-supervisi pendidikan.html

http://mmury-umb.blogspot.com/2007/12/artikel-supervisi-pendidikan.html

http://tikky-suwantikno.blogspot.com/2008/02/supervisi-pendidikan.html

http://www.google.co.id/search?hl=id&client=firefoxa&channel=s&rls=org.mozilla%3AenUS%3Aofficial&q=arti+penting+supervisi+pendidikan&btnG=Telusuri&meta

  1. A.    Latar Belakang

Di era globalisasi seperti saat ini, perkembangan perpustakaan juga semakin diperhatikan oleh instansi khususnya lembaga pendidikan tinggi. Hal tersebut dikarenakan adanya istilah bahwa “buku adalah jendela dunia”, sehingga semakin banyak pengguna yang sadar akan pentingnya peran perpustakaan untuk mendukung tercapainya tujuan tertentu. Pengelola perpustakaan seharusnya lebih memahami akan kondisi pengguna yang memiliki mobilitas tinggi, oleh karena itu perlu dilakukan sebuah inovasi terhadap sistem perpustakaan manual menjadi terkomputerisasi.

Otomasi perpustakaan merupakan sebuah proses pengelolaan perpustakaan dengan menggunakan bantuan teknologi informasi (TI) agar menjadi lebih akurat dan cepat untuk ditelusuri kembali dalam kegiatan pengadaan, pengolahan, penyimpanan, dan meyebarluaskan informasi sehingga sistem manual perpustakaan berubah menjadi sistem perpustakaan yang terkomputerisasi. Sistem otomasi perpustakaan adalah penerapan teknologi informasi pada pekerjaan administratif di perpustakaan agar lebih efektif dan efisien. Bidang pekerjaan yang dapat diintegrasikan dengan sistem informasi perpustakaan adalah pengadaan, inventarisasi, katalogisasi, sirkulasi bahan pustaka, pengelolaan anggota, statistik dan lain sebagainya.

Perpustakaan berbasis teknologi informasi (komputerisasi) sangat di butuhkan. Keberadaan perpustakaan berbasis komputerisasi dapat meningkatkan kualitas dan kecepatan proses layanan pada pengguna perpustakaan sehingga dapat memperlancar proses belajar-mengajar di lingkungan akademika sehingga dapat meningkatkan Efektifitas dan efisiensi penatalaksanaan perpustakaan Pustakawan berpotensi menjadi seorang manajer informasi. Peranan baru itu mensyaratkan penguasaan berbagai macam keterampilan, pengetahuan dan kemampuan. Dengan begitu, mereka dapat mengakses dan menyebarkan informasi berbantuan komputer dan teknologi telekomunikasi dari perpustakaannya. Salah satu pendekatan yang sangat mungkin dilakukan dalam hal ini ialah dengan memanfaatkan teknologi intranet dalam bidang penelusuran koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan.

Unsur dan syarat otomasi perpustakaan ada banyak. Adakalanya pustakawan berharap banyak terhadap sistem pengelolaan dengan model ini karena seringkali tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan. Untuk dapat memastikan sebuah keberhasilan dalam otomasi perpustakaan maka dibutuhkan kerjasama yang optimal dan berkelanjutan diantara user/ pengguna dengan pustakawan sehingga perlu kiranya membuat rencana detail sebelum melakukan otomasi perpustakaan. Tersedianya staf (pustakawan, operator, teknisi/administrator) yang terlatih dan mengerti tentang sistem otomasi perpustakaan amat diperlukan.

  1. B.     Tujuan
    1. Umum:

Untuk memudahkan pengelola perpustakaan

  1. Khusus:
  • Perpustakaan dapat meningkatkan peran dan fungsinya dalam memberikan mutu pelayanan yang baik kepada pengguna perpustakaan
  • Perpustakaan dapat menimbulkan kecintaan pengguna perpustakaan terhadap membaca dikarenakan kecepatan akses atau efisiensi waktu pengguna perpustakaan
  • Perpustakaan dapat mengelola sumber daya perpustakaan secara efektif dan efisien
  1. C.    Ruang Lingkup
    1. Komponen otomasi perpustakaan
  • Sumber daya manusia (human resource)

SDM yang dimaksud adalah pustakawan, staf yang menjadi operator dan teknisi serta para pengguna perpustakaan.

  • Perangkat keras (hardware)

Perangkat keras merupakan peralatan fisik yang dapat dilihat dan dirasakan

  • Perangkat lunak (software)

Perangkat lunak merupakan program-program computer yang berguna untuk menjalankan suatu pekerjaan sesuai dengan apa yang dikehendaki

  • Data

Data berasal dari pengguna perpustakaan, koleksi buku, maupun operator dan staff perpustakaan itu sendiri. Data yang di entry demi keperluan pengadaan, inventarisasi, katalogisasi, sirkulasi bahan pustaka, pengelolaan anggota, statistik dan lain sebagainya.

  • Jaringan intranet

Jaringan intranet diharapkan dapat menghubungkan antara computer operator ke computer yang dikhususkan untuk para pengguna perpustakaan. Sehingga entry data ataupun pengubahan data yang dilakukan oleh operator dapat di perbarui (update) secara langsung.

  • Manual

Manual berupa panduan umum mengenai penggunaan hardware maupun software yang berupa SOP (Standar Operating Procedure) sehingga perlakuan pengolahan data hingga menjadi suatu informasi dapat dilakukan secara seksama.

  • Manajemen Informasi Sistem (MIS)

Manajemen informasi sistem digunakan sebagai suatu proses yang dilandasi dengan teknologi informasi sehingga dapat memudahkan para operator dalam memahami software. Melalui manajemen informasi sistem, operator dapat mengetahui mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengerahan, dan pengawasan terhadap program komputerisasi yang dipilih oleh kepala perpustakaan.

  • Biaya (cost)

Beberapa komponen tersebut tidak akan terealisasi tanpa adanya biaya karena dibutuhkan pembelian beberapa hardware, software, dan pelatihan terhadap operator dan teknisi program. Besarnya biaya akan mempengaruhi kelancaran program.

  1. Identifikasi kondisi UPT Perpustakaan Unesa

UPT Perpustakaan telah memiliki koleksi buku sebanyak 10.000 eksemplar, sehingga diharapkan menggunakan sistem komputerisasi agar seluruh data dapat terorganisir dengan baik dan dapat dikelola secara efektif dan efisien. SIMPus merupakan suatu software yang telah disesuaikan dengan kebutuhan UPT Perpustakaan Unesa, dimana software tersebut akan lebih optimal jika digunakan untuk menyimpan database buku, user, maupun penelusuran yang lebih dari 10.000 eksemplar tersebut.

  1. Peta konsep

SIMPus

 

Diklat

 

  1. Konsep dasar rancangan system

Banyak komponen yang dapat diolah dalam software SIMPus ini. Di bawah ini merupakan salah satu contoh input database “BUKU” yang dapat dilakukan oleh software SIMPus sesuai dengan koleksi buku yang ada di UPT Perpustakaan Unesa, yaitu:

Judul             : Pembangunan Ekonomi dan Utang Luar Negeri: Suatu

Pengantar

Pengarang     : Tulus Tahi

Oleh              : Operator 1

Pembeda 1 judul dengan beberapa eksemplar

^a000001%^a000002%^a000003

Hasil display data  koleksi buku yang telah diinput

 

  1. Desain hardware

Hardware yang digunakan tidak harus unit computer yang memiliki kecanggihan diatas rata-rata karena software SIMPus ini berbasic MS-DOS. Sehingga dengan unit computer yang berbasis windows dapat diterapkan dengan software SIMPus ini. Hardware yang dibutuhkan pun tidak terlalu mahal karena spesifikasi unit computer telah disesuaikan dengan kebutuhan UPT Perpustakaan Unesa.

  1. Desain software

Software SIMPus secara khusus dirancang sesuai dengan sistem pelayanan dan kemampuan SDM UPT Perpustakaan Unesa. Keudahan yang ditawarkan oleh software SIMPus merupakan suatu nilai tambah pada tahap implementasi program tersebut dalam pelayanan keseharian perpustakaan. Software dirancang secara sederhana dengan manfaat yang maksimal. Di era globalisasi dan modern sekarang ini, SIMPus dapat mengatasi masalah kesulitan pengelolaan sumber daya perpustakaan dengan memanfaatkan teknologi yang ada berdasarkan kemampuan UPT Perpustakaan Unesa di segi financial hingga skill of human resource. Para user baru dalam pengoperasian SIMPus akan menimbulkan efisiensi dalam bekerja sehingga user dapat mempelajari dan memahami dengan senang hati.

  1. Desain pendidikan dan pelatihan (diklat) sumber daya manusia UPT Perpustakaan Unesa

Diklat sangat diperlukan bagi operator dan teknisi program. Hal ini tidak terlepas dari para pegawai yang juga harus memahami akan kinerja software ini sehingga diharapkan terdapat sinergi yang kuat dalam menjalankan software SIMPus. Desain diklat telah terlampir pada lampiran.

  1. D.    Waktu dan Tempat Kegiatan  

Waktu      : 08.00 – selesai

Tanggal    :  27 April 2012

Acara        : Penandatanganan MoU

Tempat     :  Ruang Multimedia Perpustakaan Unesa Ketintang

  1. E.     Penyelenggara

Penyelenggara dari usulan otomasi perpustakaan adalah:

Nama                    : Dirka Mei Okprina

NIM                     : 101714043

Angkatan             : 2010

Prodi                    : S1 Manajemen Pendidikan

Fakultas                : Ilmu Pendidikan

Perguruan Tinggi  : Universitas Negeri Surabaya

  1. F.     Jadwal Kegiatan           

Fase

Minggu Ke-

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Negosiasi + MoU
Identifikasi UPT Perpustakaan Unesa
Desain hardware dan software
Implementasi + Diklat
Sosialisasi dan Pendampingan
Laporan
Pelembagaan
Pelepasan dan Pengawasan

 

  1. G.    Anggaran           

Banyaknya anggaran yang dibutuhkan untuk otomasi perpustakaan tersaji dalam tabel dibawah ini:

No

Nama Barang

Jumlah

Nama Satuan

Harga satuan

Total

1

Komputer

5

unit  Rp     4,500,000  Rp 22,500,000

2

Scanner

2

unit  Rp     3,500,000  Rp    7,000,000

3

Instal windows

5

paket  Rp        400,000  Rp    2,000,000

4

Software SIMPus

1

paket  Rp  15,000,000  Rp 15,000,000

5

Entry database buku

10000

eks  Rp             1,000  Rp 10,000,000

6

Entry database user

25

orang  Rp             1,000  Rp          25,000

7

Pemasangan alat

1

paket  Rp        500,000  Rp       500,000

8

Diklat operator+teknisi

5

orang  Rp        150,000  Rp       750,000

9

Diklat pegawai

20

orang  Rp           50,000  Rp    1,000,000

10

Printer

5

unit  Rp     2,500,000  Rp 12,500,000

Jumlah

 Rp 71,275,000

PPN 10%

 Rp    7,127,500

Jumlah keseluruhan

 Rp 78,402,500

 

  1. Penutup

Demikianlah proposal ini kami buat, besar harapan kami agar proposal ini dapat berjalan sesuai dengan maksud dan tujuannya. Atas perhatian dan partisipasi Bapak/Ibu Pimpinan UPT Perpustakaan Unesa kami ucapkan terimakasih.


 

LAMPIRAN

Jenis barang yang direkomendasikan sebagai alat pendukunng otomasi perpustakaan, sebagai berikut:

Spesifikasi ScanSnap S-1300

  • Untuk scanning bolak balik, cukup dengan satu kali scan karena ScanSnap S-1300 punya 2 mata lensa. Hasil scanningnya bisa langsung di-edit di Word atau Excel, atau bentuk PDF maupun JPG. Jadi, apa saja kemampuannya? Ini dia:
  • Scan up to 8 double-sided pages per minute  (Kecepatannya 8 lembar per menit)
  • Holds up to 10 pages in the automatic document feeder  (Kapasitas ADF 10 lembar)
  • Cross-platform compatibility for PC and Mac (Ada driver untuk PC dan Mac)
  • One button Searchable PDF creation, PDF, and JPEG
  • Scan to editable Word and Excel files (Hasil scan dapat diedit di Word dan Excel)
  • Create searchable keywords from highlighter text
  • Business card scanning software (Mampu scan kartu nama, hasilnya ke Outlook)
  • USB or AC powered (Saat mati lampu masih dapat dioperasikan dengan listrik dari colokan USB pada laptop)

HP Busines Inkjet 2800

– A3 ( 24/ 21ppm ( b/ c)
– 12, 000pgs duty cycle
– 150-sheets input tray
– 96MB
– USB2.0, parallel, EIO slot
– 4-individual ink
– up to 4800dpi with PhotoRET3
– PCL 6, PCL 5c,
– PostScript Lev.3 emulation

HP Workstation XW4600 – RV724AV

XW4600 Workstation Core 2 Duo E4500( 2.20GHz-2MB-800MB FSB) / 1GB/ 160G/ DVD Combo/ Vista32B dwngrd to XP32B/ 17” LCD
– Intel X38 Express chipset,
– XW4600 80+ Energy Efficient Chassis,
– Intel Core 2 Duo E4500 2.20 2MB/ 800 CPU,
– 1GB( 2x512MB) DDR2-667 ECC Mem,
– 160GB SATA 3Gb/ s NCQ 7200,
– NVIDIA Quadro FX370 256MB PCIe,
– 48X DVD/ CDRW Combo SATA,
– FDD,
– Vista32B Downgrd to XP32B,
– Keyboard & Mouse,
– GS917AA L1710 17 ” LCD Monitor

 


 

NEED ASESSMENT DAN PERENCANAAN DIKLAT OPERATOR, TEKNISI, DAN PEGAWAI YANG AKAN MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMPUS SEBAGAI UPAYA DARI OTOMASI PER[USTAKAAN

Oleh

Dirka Mei Okprina

NIM: 101714043 – MP 2010 A

Training Need Assessment (Identifikasi Kebutuhan Pelatihan)

Pengertian Suatu proses pengumpulan data dalam rangka mengidentifikasi bidang-bidang atau faktor-faktor apa saja yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan agar tujuan pelatihan tercapai secara efektif dan efisien.
Tujuan
  1. Mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang relevan guna mengetahui perlu tidaknya pelatihan dalam organisasi tersebut
  2. Menentukan jenis diklat yang diperlukan oleh pegawai
  3. Mengidentifikasi performance gap (kesenjangan kinerja yang dapat diidentifikasi sebagai perbedaan antara kinerja yang diharapkan dan kinerja aktual pegawai
  4. Penyelenggaraan diklat secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan.
Analisis yang digunakan
  1. Analisis organisasi

Menganalisis tujuan organisasi, sumber daya yang ada, lingkungan organisasi, budaya organisasi , serta persaingan bisnis yang sesuai dengan kenyataan.

Dilakukan dengan cara :

  • Survey sikap pegawai terhadap kepuasan kerja
  • Persepsi pegawai
  1. Analisis pekerjaan dan tugas

Membandingkan antara uraian jabatan (job description) dengan kemampuan pegawai yang melakukan. Dalam arti proses menentukan perilaku‐perilaku yang dituntut dari pemegang jabatan dan standar‐standar kinerja yang mesti dipenuhi

Dilakukan dengan cara:

  • Observasi kemampuan motorik pegawai
  • Observasi kemampuan afektif pegawai
  • Observasi kemampuan kognitif pegawai
  1. Analisis pegawai

Mengidentifikasi secara khusus terhadap kebutuhan pelatihan bagi pegawai pada job-nya, hal ini dapat dianalisis secara:

  • Kebutuhan individu dari pelatihan

Dilakukan dengan cara observasi oleh supervisor, evaluasi ketrampilan pegawai, dan kartu control kualitas.

  • Kebutuhan kelompok dari pelatihan

Dapat diprediksi dengan pertimbangan informal dan obevasi oleh supervisor ataupun manajer.

 

Perencanaan Diklat

Program diklat tidak hanya memberikan acuan, melainkan juga mejadi patokan untuk mengukur keberhasilan kegiatan diklat. Itu sebabnya desain dan perencanaan suatu program diklat sebaiknya dilakukan oleh orang yang ahli dalam bidangnya dan bertitik tolak dari kebijakan yang telah digariskan oleh pimpinan yang berwenang dalam bidang kediklatan.

Pengertian Keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang terhadap pendidikan dan pelatihan pegawai dari hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan yang ditentukan.
Tujuan Memperkecil GAP atau kesenjangan antara kondisi hasil pekerjaan saat ini (existing job performance) dengan hasil pekerjaan yang diinginkan (desired job performance). Kesenjangan tersebut dapat berkaitan dengan: hasil kerja (jobperformance), pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skills), atau sikap/tingkah laku (behaviour/attitude).
Strategi
  • Perencanaan diarahkan kepada pencapaian tujuan dan visi organisasi sebagaimana kekuatan internal serta kecenderungan-kecenderungan global yang kemungkinan dapat mempengaruhi.
  • Perencanaan pendidikan dan mengandung 3 unsur pokok, yaitu: a) system, b) materi pembelajaran dan pelatihan,       c) proses pembelajaran dan pelatihan.
Metode
  1. Metoda di luar pekerjaan (off the job side)

Pada metoda ini pegawai yang mengikuti pendidikan atau pelatihan keluar sementara dari pekerjaannya, mengikuti pendidikan dan pelatihan secara intensif.  Metoda ini terdiri dari 2 teknik, yaitu :

1)      Teknis presentasi informasi, yaitu menyampaikan informasi yang tujuannya mengintroduksikan pengetahuan, sikap dan keterampilan baru kepada peserta.  Antara lain melalui;  ceramah biasa, teknik diskusi, teknik pemodelan perilaku (behavioral modelling), model kelompok T, yaitu mengirim pekerja ke organisasi yang lebih maju  untuk mempelajari teori dan mempraktekkannya.

2)      Teknik simulasi.  Simulasi adalah meniru perilaku tertentu sedemikian rupa sehingga peserta pendidikan dan latihan dapat merealisasikan seperti keadaan sebenarnya.  Teknik ini seperti; simulator alat-alat kesehatan, studi kasus (case study), permainan peran (role playing), dan teknik dalam keranjang (in basket), yaitu dengan cara memberikan bermacam-macam masalah dan peserta diminta untuk memecahkan masalah tersebut sesuai  dengan teori dan pengalamannya.

  1. Metoda di dalam pekerjaan (on the job side)

Pelatihan ini berbentuk penugasan pekerja baru, yang dibimbing oleh pegawai yang berpengalaman atau senior.   Pekerja yang senior yang bertugas membimbing pekerja baru diharapkan memperlihatkan contoh-contoh pekerjaan yang baik, dan memperlihatkan penanganan suatu pekerjaan yang jelas.

PPT BIMBINGAN BELAJAR TERPADU SEBAGAI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN UNTUK SEMUA

BIMBINGAN BELAJAR TERPADU SEBAGAI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN UNTUK SEMUA

BIMBINGAN BELAJAR TERPADU SEBAGAI UPAYA IMPLEMENTASI PENDIDIKAN UNTUK SEMUA

Summary Integrated Learning Guidance

SUMMARY

The commercialization of education is one of the educational problems that occurred in Indonesia in this era. It was due to the implementation gaps of education, so it mean that the focus of our education is still about cognitive factor, such as the impact of national exam (UN) implementation, and test for selection into a higher level of education. In this era, the parents are concerning about the competitiveness of their child when the competition is quite tight, so it causes the development of course (LBB) which offers all kinds of tutoring services and facilities to face the competition and get the achievement. The interesting of parents about course, indicating that the decline in the level of trust from the parents towards teaching and learning at schools. Tutoring Institute make this moment as a field for profit, so they are offering so many kinds of packages at an expensive price that it only reached by society that have middle and upper economic levels.

Referring to article 31 of UUD 1945 that (1) Every citizen has the right to get education. (2) every citizen shall attend compulsory elementary education and the government must be supply the finance. In addition, there is UUD 1945, Article 34 that tell about the poor and displaced children are maintained by the state. Because that, the government through the General Directorate of Primary and Secondary which setting about medium-term strategic plan, that are: (1) improving access and equity in the context of reasonable primary education completion, (2) improving the quality, efficiency, relevance and increased competitiveness, and (3) management improvement, accountability, and public image.

The author as a university student gave a contribute through the creative ideas that is Integrated Learning Guidance (Bimbingan Belajar Terpadu), which offers support, facilitate and motivate the target so become excited to learn in order to improve the student’s achievement, especially for student which have unfortunate .

The background is the new admission requirements for new students who the selection systems are use the value of examination or specific tests. So, the parents will worry if their child has learning difficulties at school and during the time of school operating also very limited, so the parents who in middle to upper economic levels will choose course institute as a place to help the learning difficulties of  their children and keep their children to behave positively in improving academic achievement. However, parents with low economic level will be unable to join with course institute, because the lessons children increase being complex subject and the price of course also higher.

Integrated Learning Guidance (Bimbingan Belajar Terpadu) combines the goal of improving learning achievement with character education gained when students take part in the religious class for Al-quran (TPA). Integrated Learning Guidance Design is designed with the following procedures: (1) identification of cases, (2) identifying the problem, (3) diagnosis, (4) prognosis, (5) action, (6) remedial action or referral, and (7) evaluation and follow-up. The program will be coordinate with student of educational management, community leaders, religius class for Al-quran (TPA), schools, the districts government, and education government for the program to be able to get support from various parties and it can be implementation.

So, the output of Integrated Learning Guidance (Bimbingan Belajar Terpadu) can achieve a satisfaction performance, so this program can restore the confidence of the parents to the school. Integrated Learning Guidance (Bimbingan Belajar Terpadu) will expose the achievement of the output, so the results will be known by the public. Therefore, the authors are interested in the topic of education for all, with the title Integrated Learning Guidance (Bimbingan Belajar Terpadu) as an effort to implement education for all, because some of students will need assistance to improve their academic achievement in school, want to graduate with the best grades and go to a higher level in education with expectations supported by the growing of a strong character.

Karya Tulis Ilmiah RSBI

KTI tentang masalah RSBI

Pesantren Hamalatul Quran Ulul

Semua santri di pesantren ini berasal dari kalangan tidak mampu, sehingga sekolah digratiskan. Pengajaran menghafal Alquran menggunakan metode Tahfid yaitu berdasarkan kemauan dalam diri santri tanpa mengabaikan sekolah formal.Metode yang digunakan masih sederhana yaitu tatap muka dan datang langsung, asas tiru meniru secara benar dab dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, Adanya evaluasi semakin menambah semangat santri dalam menghafal, karena tujuan pesantren ini adalah mencetak kader penghafal Alquran.

Berita Terkini

Gambar